Aman / Gilang48 / a.p

Makna hidup adalah mengenal Allah yang menciptakan, dengan mengenal Nya hati ini tiada henti-hentinya memuji dan tersenyum pada-Nya. Keindahan hidup adalah ketika kita melihat keindahan-Nya pada semua hal yang menjadi tanda-tanda kebesaran-Nya. Dan jangan berputus asa dari rahmat Allah, teruslah mencoba dan mencoba, lebih baik pernah salah karena mencoba daripada tidak pernah salah karena sama sekali tidak pernah mencoba.

Rabu, 28 September 2011

Imam Al Ghozali

Iman Al-Yafi’I r.h. meriwayatkan dengan sanad yang sohih sebuah kisah sebagai berikut :
Syaikh Abal Hasan r.h. seorang ahli fiqih yang di zamannya ditaati dan didengar perkataannya pernah menentang kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Gozali q.s. Beliau berpandangan bahwa Ihya Ulumiddin telah melanggar As-Sunnah.
Puncak penentangan itu beliau ekspresikan dengan memerintahkan untuk mengumpulkan naskah Ihya Ulumiddin. Beliau berencana membakarnya di hadapan masyarakat pada hari Jum’at di masjid jami’.
Pada malam jum’at itu, beliau bermimpi. Dalam mimpi itu beliau masuk ke masjid jami’. Di sana dilihatnya ada Nabi Muhammad s.a.w. bersama sohabat Abu Bakar As-Sidiq r.a. dan ‘Umar bin Khottob Al-Faruq r.a. Saat itu dilihatnya pula Imam al-Gozali q.s. berada di hadapan Nabi s.a.w.
Ketika Syaikh Abal Hasan datang menghadap, Imam Al-Gozali q.s. berkata, “Orang ini memusuhiku ya Rosulalloh. Apabila masalah sebagaimana yang ia sangka, maka aku akan bertaubat dan apabila bagiku ada berkahmu dan aku termasuk mengikuti sunnahmu maka tunaikanlah hakku dari musuhku ini”
Kemudian Nabi s.a.w. mengambil kitab Ihya Ulumiddin. Dibukalah oleh beliau selembar demi selembar dari awal sampai akhir. Lalu beliau bersabda, “Demi Allah, sungguh ini sesuatu yang baik”.
Diambillah kemudian Ihya Ulumiddin itu oleh Abu Bakar As-Sidiq r.a. Beliau menelitinya lalu berkata, “Benar, demi Zat yang mengutus engkau dengan haqq (kebenaran), sungguh ini sesuatu yang baik”.
Diambil pula kemudian oleh ‘Umar bin Khottob r.a. Beliau pun menelitinya, kemudian memujinya sebagaimana Abu Bakar as-Sidiq r.a.
Turunlah perintah dari Nabi s.a.w untuk membuka baju Syaikh Abal Hasan dan memukulnya dengan had (hukuman) untuk pemfitnah.
Saat hukuman telah dilakukan lima kali pukulan cambuk. Abu Bakar As-Sidiq r.a. memberikan pertolongan dan pembelaan. Beliau berkata, “Ya Rosulalloh, ia menyangka telah terjadi pelanggaran sunnahmu dan ternyata sangkaannya salah”.
Mendengar itu Imam Al-Gozali q.s. meridoinya dan menerima pembelaan Abu Bakar As-Sidiq r.a.
Terbangunlah Syaikh Abal Hasan r.h. dan menemukan bekas cambukan di punggungnya.
Kejadian ini beliau beritahukan kepada para sahabatnya. Beliau bertaubat kepada Allah SWT dari ingkarnya terhadap Imam Al-Gozali q.s.
Bekas cambukan itu terus terasa sakit dalam waktu yang lama. Beliau memohon kepada Allah SWT dan meminta syafa’at Nabi s.a.w. Sampai suatu ketika Nabi s.a.w. datang dalam mimpinya. Beliau mengusap punggungnya sehingga ia sembuh dengan izin Allah SWT.
Setelah itu beliau terus-menerus mempelajari Ihya Ulumiddin. Allah SWT bukakan baginya apa yang ada di dalamnya, sehingga beliau menggapai ma’rifatullah dan menjadi seorang syaikh besar dalam ilmu lahir dan batin. Rohimahulloh. Amin***

Nasehat Imam Ghazali 

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya….pertama,”Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab “orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya”. Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “MATI”. Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185)
Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua…. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”. Murid -muridnya menjawab “negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang”. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “MASA LALU”. Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga…. “Apa yang paling besar di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawah “gunung, bumi dan matahari”. Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “NAFSU” (Al A’Raf 179).Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”. Ada yang menjawab “besi dan gajah”. Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah “MEMEGANG AMANAH” (Al Ahzab 72).Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”…Ada yang menjawab “kapas, angin, debu dan daun-daunan”. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat.
Dan pertanyaan keenam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”…Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “pedang”. Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah “LIDAH MANUSIA” Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar